Senin, 05 Januari 2009

Samaenre Village

Hujan mengguyur kota Makassar, namun bukan penghalang bagi kami untuk membulatkan tekad menuju ke tempat penelitian yang letaknya ± 110 kilometer dari Makassar, tepatnya di Desa Samaenre , kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan sungguh banyak duka yang kami temui dengan berjam-jam menunggu mobil sasaran Samaenre. Sudah hujan deras, lapar, ngantuk dan mobilpun tidak kunjung datang dan yang paling menjengkelkan adalah pak polisi yang terus berdiri disamping kami layaknya patung yang manunjuk sana sini, dengan wajah yang sangat mengerikan , uh hanya rasa kesal yang ada. Akhirnya setelah berjam-jam menunggu kami pun berangkat meninggalkan kota Makassar.

Pukul 17.30 kami sudah sampai di ibukota Kecamatan Mallawa artinya masih ada sekitar 10 kilometer lagi yang kami harus tempuh untuk sampai di Samaenre. Air hujan pun semakin membasahi kami. Berkat pertolongan ALLAH swt akhirnya kami berangkat dengan menaiki mobil pick-up milik warga disana. Kami pun merasa lega walaupun kedinginan tak terenyakkan tapi setidaknya tidak jalan kaki untuk sampai di Samaenre. Dalam perjalanan kami melewati hutan dan perkampungan, ya lumayan jalannya sudah agak bagus.

Pukul 18.30 Alhamdulillah sudah sampai di tempat yang kami tuju, Samaenre , menginap dirumah penduduk yang ada disana, kebetulan anaknya satu kampus dengan kami. Dan di rumah inilah kami menginap selama 10 hari lamanya tapi terasa 1 bulan bagiku.

Hari-hari kami disana digunakan untuk jalan – jalan disepanjang desa ini sambil mengamvbil sampel tentunya. Siapa sangka ternyata di pedalaman ini terdapat potensi sumber daya alam yang luar biasa tapi belum dikelola dengan baik. Desa yang sangat indah melebihi perkotaan kalau bisa dibilang. Letaknya sangat strategis, penataan dan bentuk rumah penduduk arsitektural. Ditengah-tengah ada lapangan seukuran 1 lapangan sepakbola yang dikelilingi oleh jalan raya dan rumah penduduk yang tertata rapi. Di sudut utara lapangan ada bangunan sekolah dasar, disudut selatan ada puskesmas , mesjid dan kantor desa. Rumah-rumah penduduk yang ada dibelakang terdapat lorong yang rapi dan di sebelah kiri kanan lorong terdapat deretan rumah..indah sekali menurutku. Dibelakang pemukiman terdapat sawah tersusun rapi. Antara petak 1 dan petak lainnya dipisahkan oleh pematang. Terlihat jejeran padi nan hijau dan disela-selanya terdapat rumah-rumah kecil tempat persinggahan pak tani jika terasa lelah disiang bolong….

Selain itu juga terdapat tempat rekreasi, permandian air panas tetapi pengelolaannya tidak terlalu diperhatikan walaupun sudah dibuatkan kolam renang tapi penjagaannya belum ada. Di hari libur banyak orang yang berkunjung kesana mulai dari anak –anak sampai orang tua. Untuk sampai ke kolam renang kita melewati tangga dan dibawah kolam terdapat sungai yang airnya deras dan jernih serta disekelilingnya terdapat pepohonan yang hijau indah dipandang mata.

Desa ini dikelilingi pula oleh gunung yang berbukit-bukit ditumbuhi pepohonan yang masih alami. Masyarakat setempat tetap menjaga kelestarian hutan dengan tidak menebang pepohonan yang ada di hutan tersebut dan memang tidak boleh karena statusnya adalah hutan lindung. Dalam kawasan hutan lindung terdapat juga sumber mata air dan air terjun dari gunung namun tempatnya sangat jauh dari tempat pemukiman sehingga belum dijamah sama sekali.

Sangat disayangkan ternyata jauh dipedalaman sana terdapat potensi yang luar biasa yang ketika dikelola dengan baik dapat menambah pendapatan. Allah Maha Pemurah menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk hambaNya. Moga gambaran info ini dapat memberikan sentuhan bagi kita semua yang membacanya untuk memberikan perubahan di masa yang akan datang….Amiiin.

Sefrhi-85….

501, 29 Desember 2008



1 komentar:

Anonim mengatakan...

luar biasa perjuangannya...

tapi kalo pulang naik apa..?jalan kaki mi..? kodoooong...